Berikut ini adalah salah satu notes dari temen fb (doank) ane yang udah jadi mastah.
ya bener. Semua pasti salah Mastah. Sebelumnya udah pada tahu belum sama so-called “Mastah” di Indonesia ? Mastah adalah gelar di bidang IM yang dinobatkan oleh seseorang kepada orang lain yang dianggap memiliki keahlian di suatu hal.
Di Indonesia, mastah dibagi beberapa golongan. Ada golongan mastah yang ga suka dipanggil mastah, biasanya dari golongan praktisi IM. Ada juga yang memakai berbagai cara agar dirinya di panggil mastah. Apakah salah? Menurut saya engga.
We can’t pleased everyone. Makanya belakangan ini saya sering dengar sentilan orang orang yang menyalahkan mastah. Terutama mastah yang jualan. Jadi saya mau bahas disini.
Saya terjun ke IM tahun 2008, dan sangat akrab dengan yang namanya digital product creation. Suatu model bisnis yang di Indonesia biasa disebut jualan e-book. Ga peduli produknya berupa video, software, atau apapun. Yang namanya produk digital terutama produk informasi sering disebut ebook.
Awalnya, saya jadi seorang freelance designer di warrior forum. Sejak 2009-2011. Dari situ saya berkesempatan utk kerja sama dengan beberapa top IM dunia, untuk menggarap design mereka. Singkat cerita. Saya belajar digital product creation, sales funnel & Join Venture itu dari mereka. Karena biasanya saya yg garap designnya, jadi secara ga langsung saya jadi ngerti gimana mereka bekerja. Tahun 2010 akhirnya saya launch produk pertama saya di warrior forum. Masih sangat sangat sederhana dan cenderung ke kurang professional. Produk ini ADA YANG BELI loh. Bahkan websitenya saya flip seharga $800.
Bisa dibilang, saya bukan orang baru di product launch. Sampai saat ini saya hampir tiap bulan launch produk di JVZoo, dan tiap bulan juga saya bisa promo & review 10-15 produk sbg affiliate (hampir setiap 2 hari sekali). Artinya dalam setahun saya terlibat dalam ratusan produk launch baik sebagai affiliate ataupun vendor.
Saya 3 kali launch produk di Indonesia. Ya hanya 3x. Kenapa? karena saya ga betah launch produk di market lokal. Nyinyirnya luar biasa. Gila!
Terakhir kalo temen-temen tau saya launch Panduan List Building. Saya bener-bener ga mau untuk launch itu pada awalnya. Tapi setelah ketemu temen-temen IM di Malang akhir tahun 2013, saya terdorong untuk launch produk tsb. Isinya bener-bener apa yang saya terapkan selama ini. Alhamdulillah, banyak yang (mengaku sudah) merasakan manfaatnya
TAPI, Saya juga dikata-katain :v
di Inbox saya pernah dibilang penghisap darah newbie, cari untung dari jualan ilmu-lah, gak ikhlas bantuin lah. Dan masih banyak lagi. Awalnya sedih sih, tapi makin kesini makin seneng dan ketawa aja digituin.
Sbg prakisi digital product creation, saya seneng banget lihat belakangan produk digital di Indonesia mulai bergeliat.
Terutama dengan adanya Ratakan yang memfasilitasi creator lokal yang mau memasarkan produk digitalnya. Semua berjalan dengan lebih mudah. Seharusnya.
FYI, di luar sana banyak hasil karya anak bangsa yang dihargai sangat tinggi
misalkan Insta Builder-nya Suzanna Theresia yang laku sampa $500k dalam 1 Minggu. Baru beberapa waktu yang lalu Suzanna jualan semua produknya di Indonesia dengan harga sangat murah kalo dibanding harga aslinya. Tapi apa yang terjadi?
Yang bikin saya sedih adalah :
- Webinarnya dipenuhi spam, padahal ilmunya keren banget
- Selang seminggu udah ada yang menjual ulang produknya secara ilegal (!!!!!!)
- Karena produknya bagus, banyak “mastah” yang promo. Saya bukan mastah tapi saya ikutan promo. BUKAN cuma karena saya pingin dapat komisi affiliate. Tapi lebih ke saya bantu mengedukasi “ini lo produk bagus”. Sayangnya ditangkap oleh sebagaian pihak sebagai “Pesta pora para mastah” “Perang bonus para mastah” “Newbie jadi korban”
Jujur disitu kadang saya sedih.
Kalo bukan kita yang menghargai creator-creator lokal, siapa lagi?
Ini sih sama kaya kasus mobil listrik yang sempet heboh beberapa waktu lalu. Kita semua nyalahin pemerintah ga memfasilitasi lah, ga menghargai lah.
Coba pertanyaan itu dibalik ke kita sendiri.
Kalau mobil listrik itu jadi di jual di Indonesia, maukah kita membelinya?
Ataukah kita cuma jadi penonton dan ngebully dengan tagline “Pesta pora para dealer mobil nasional perang bonus”
Ada perbedaan paling mendasar yang saya rasakan ketika jualan di market luar dan market lokal.
- Di market luar. Opsi saat kita jualan hanya ada dua : Beli atau tidak.
- Di market lokal. Opsi saat kita jualan hanya ada dua : Beli atau Bully.
- Di market luar, setelah beli produk kita ga cocok, ajukan refund. Selesai.
- Di market lokal, setelah beli produk ga cocok, mari kita bully. YEAY!
note : tidak semua berperilaku seperti ini, tapi ada sebagian bahkan bisa dikatakan cukup banyak yang berperilaku seperti
Banyak produk lokal yang bagus seperti the graph, kemaren juga lagi heboh isightzilla, menurut saya dalam membuat produk produk digital butuh effort yang tidak sedikit. Setidaknya berusaha-lah menghargai usahanya meskipun tidak membeli-nya.
MEMANG,tidak semua produk lokal bagus.
Tidak semua vendor sempurna. Ada juga yang mbalelo.
Ada juga yang jelek. Tapi kita bisa pahami itu dan jadi bahan perbaikan bersama,
Saling membantu untuk kemajuan bersama. Jangan saling menjatuhkan.
Dan bagus atau tidak-nya produk itu relatif teman-teman.
Seperti buku pelajaran. Kalau kita launching buku anak SD memang khusus untuk anak SD. Bukan untuk anak SMA. Kalau anak SMA ikutan beli produknya, pasti akan jadi bahan tertawaan.
Got it?
Di Korea Selatan, industri elektronik sangat maju. Bukan hanya karena mereka punya SDM yang bagus. Tapi karena rakyatnya sangat mendukung produk-produk lokal.
Ingat saat HP Nokia merajalela di seluruh dunia? Rakyat korsel memilih untuk beli produk LG & Samsung yang waktu itu kualitasnya sangat kurang di banding dengan Nokia.
Karena diapresiasi, produknya dibeli, industri elektronik di korsel sangat berkembang. Bahkan berkembang dengan sangat pesat. Sekarang? Saya yakin banyak sekali teman-teman yang pake produk korsel.
Di saat rakyat korsel support produk lokalnya, kita mungkin sibuk nyinyirin produk lokal kita. Sehingga creator-creator berbakat MALAS untuk jualan di market sendiri. Memilih untuk berjualan di market luar karena lebih di apresiasi.
Ketika itu si nyinyir cuma bisa nyinyir “Tuh kan, salah pemerintah sih. Akhirnya di ambil perusahaan asing kan”
pffttttt ....
tahun lalu saya jalan-jalan ke Malaysia bertemu dengan beberapa “mastah” disana.
Apa kata mereka?
Mereka IRI dengan IM Indonesia yang banyak prestasi. Banyak yang produknya Mendunia.
Banyak yang fight untuk jadi nomor 1.
belakangan di PM temen-temen yang mau launch di lokal dan mereka bilang
“kayanya ga jadi deh bro, lagi banyak yang nyinyir”
padahal yang PM ini punya kualitas. Produknya dihargai di market luar.
Kalo gini siapa yang rugi?
kita juga kan.
Creator berkualitas jadi malas launch.
Semoga, kritikan-kritikan untuk para mastah adalah beneran kritikan.
Saya ga mengutuk kritikan, tapi usahakan kritik-lah yang membangun.
Yang bisa sama sama memajukan creator-creator lokal.
Semoga kritikan bukan kedok “ikut merasakan nasib newbie” untuk meraih simpati, kemudian malah jualan juga :) #ups
Akhir kata.
Maju terus creator digital nasional.
Jangan hiraukan mereka yang nyinyir.
Mereka yang ngomongin kalian di belakang, itu karena kalian sudah jauh lebih di depan.
Source: fb.com/1000971399948708
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang sopan dan santun. Jangan nyepam ya, bro!